Minggu, 01 Maret 2009

RESENSI




What Would Machiavelli Do?


Tentunya setiap orang mempunyai sebuah keinginan (ambition) di tengah-tengah sebuah kehidupan yang tidak kita ketahui akan bagaimana kelak nasib semua manusia. Ada yang ingin menjadi orang yang besar, berkuasa, kaya raya dan apapun itu. Keinginan-keinginan yang ingin dicapai itu tentunya harus melalui sebuah proses yang mana proses itu tidak semudah dan segampang yang kita bayangkan. Dalam mencapai keinginan itu kita harus memikirkan terlebih dahulu bagaimana strategi untuk mendapatkannya dan apakah cara atau strategi yang kita lakukan itu sudah baik dan sesuai dengan tuntunan agama atau kode etik bermasyarakat dewasa ini.
Buku berjudul What Whould Machiavelli Do? Ini, mengantarkan manusia agar manusia dapat melakukan segala cara dalam mendapatkan semua keinginan dan ambisinya, atau dapat diistilahkan sebagai tujuan menghalalkan sebuah cara. Kata-kata menghalalkan sebuah cara ketika kita simak secara seksama adalah kata-kata yang tidak cocok bagi sebagian besar manusia di dunia ini, terlebih seorang ustad atau ustadzah. Tapi sebagian manusia sudah banyak yang menggunakan cara ini dan sangat menjanjikan sebuah kesuksesan dan kekuasaan. Ketika kita bertanya apakah yang akan dilakukan oleh Machiavelli? Jawabannya adalah dia akan mengincar kemenangan. Bagaimana mendapatkannya? Hampir dalam semua hal adalah: apa pun yang perlu.titik.
Di dalam buku karangan Stanley Bing ini banyak memberikan contoh-contoh yang mengarah kepada pemikiran sang pemikir amoral modern pertama itu. Seorang manajer muda bernama Bob sedang menghadapi masalah dengan bawahannya. Beban kerja dalam perusahaan mereka cukup berat, dan mengingat hari jum’at sudah semakin dekat, jelaslah bahwa tugas-tugas yang wajib diselesaikan bisa jadi terpaksa mulur sampai akhir pekan. Sayangnya wakil Bob, Mary, sudah dijadwalkan akan mengambil cuti panjang pada hari Sabtu itu juga. Andaikata Mary pergi, hidup akan menjadi sangat sulit bagi Bob, sebab ada permainan golf yang sudah ia tunggu-tunggu sejak akhir pekan yang lalu.
“Nggak tahulah saya,” desah Bob. “Saya betul-betul stress berat nih. Kalau saya ga bisa memasukkan delapan belas, tekanan minggu depan mungkin nggak sanggup sayas tanggung lagi. Tapi kalau ga begini, si Mary kasihan.”
Bos Bob, Ned, sudah lama sekali mendapatkan Marcedes pertamanya-itu pun bukan Baby Benz 350, melainkan sebuah seri 500 yang melebihi lebar jalur jalan itu dan yang menggerus aspal jika lari pada kecepatan 75 mil per jam. Ned dengan sigap dan lumayan blak-blakan berusaha menanamkan inspirasi ke dalam benak Bob: “Bob, coba saya Bantu kamu. Jawablah pertanyaan ini. Andaikata Maschiavelli ada di sini sekarang, apa yang ia lakukan?”
Bob berfikir sejenak, dan kemudian, dengan kerut-merut menghilang dan wajah berubah total menjadi ceria seperti sedia kala, ia memberikan jawaban yang menyentak: “Dia akan berpura-pura lupa tentang jadwal liburan Mary, melemparkan setumpuk pekerjaan ke atas punggungnya pada menit terakhir, dan menunggu apakah Mary masih nekad dan punya nyali untuk meninggalkankantor dengan kondisi seperti ini. Tentu saja, mana mungkin dia berani.”
Akhirnya semua berjalan dengan sempurna-Mary menjadwalkan kembali liburannya. Bob bisa kembali bermain golf (sekalipun dia beberapa kali dibuat jengkel oleh telepon selulernya yang memanggil-manggil selama dia di lapangan), dan bos Bob bahagia sebab semua pekerjaan rampung sementara dia sendiri asyik main ski di Gstaad.
Ini adalah sebuah contoh bagaimana pemikiran-pemikiran sang pemikir amoral pertama itu digunakan orang-orang pada umumnya. Dan masih banyak lagi contoh yang mungkin pernah kita lakukan di kehidupan kita sehari-hari.
Di dalam buku karangan Stanlay Bing ini, hampir di setiap tulisan memberikan gambaran pemikiran-pemikiran Machiavelli yang dirasa sangat kontroversial di mata manusia.
Di negara seperti Indonesia mungkin banyak sekali kita dapatkan orang –orang yang seperti Machiavelli, atau bisa disebut Machiavellian. Koruptor-koruptor negara yang menghabiskan sekian trilliun uang negara dapat disebut Machiavellian, karena hampir semua tindakannya mengarah kearah sang pemikir amoral itu. menghalalkan segala cara untuk dapat hidup mewah tidak mementingkan orang-orang miskin yang tidak dapat hidup layak, atau dalam arti lain bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
Kita pun secara tidak langsung sering melakukan perbuatan menghalalkan segala cara. Ketika seorang politikus kejam ingin dipuji oleh lawan politiknya, seorang senior sudah ingin dikatakan sebagai sang penguasa diatas para juniornya dan lain sebagainya, maka mereka biasanya secara langsung maupun tidak langsung melakukan sebuah tindakan amoral, menghalalkan segala cara agar dapat menduduki lawan politiknya maupun para junior-juniornya. Di tingkatan SD, SMP, SMA maupun di perguruan tinggi.Di dalam buku What Would Machiavelli Do? Ini, memberikan 45 hal apa saja yang akan dilakukan oleh Machiavelli. Selamat membaca!

Cukup dibaca, tapi jangan ditiru.....!


Ketua Umum IMM Sospol